Kala itu saya masih mahasiswa. Kehidupan saya sebagai mahasiswa amat sangat menyenangkan. Salah satu moment terbaik dalam hidup :). Dikelilingi sahabat-sahabat yang luar biasa baiknya.
Disclaimer : Postingan ini panjaaang sekalii...dan agak membuka kisah kelam masa lalu sebenarnya >_<.
Layaknya jaman masa muda, pasti ada kisah kasih jaman muda #halah =P, dari beberapa pria yang mencoba mendekati. Entah kenapa, pilihan jatuh pada pria itu. Sebut saja B. Mungkin diantara yang lainnya, dia terlihat lebih serius. Secara saat itu, saya tidak ingin menjalin hubungan main-main.
Makin mengenalnya, saya baru tahu..dia punya masalah dengan keluarganya. Tak akur dengan bapaknya. Si bapak ini dulu pernah menentang cita-citanya yang ingin menjadi dokter, tak ada biaya katanya. Padahal dia lolos UMPTN kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri. Sayang memang. Dan saya kira karena itu dia terlihat agak dendam sama bapaknya.
Di kampus yang sekarang ini juga, kuliahnya jadi malas-malasan padahal tinggal semester akhir, tinggal menyelesaikan Tugas Akhirnya. Ibunya berulang kali minta tolong pada saya untuk mensupport dan mendorong anaknya agar mau menyelesaikan kuliahnya.
Pernah B bilang ada kuliah seharian, tapi di siang hari..salah satu temannya mengirimkan pesan singkat ke saya
"B kemana, ya? sudah beberapa hari ini koq gak datang kuliah?"
ketika saya menanyakan padanya, dia bilang dia kuliah..tapi si teman itu tidak melihatnya. Lain waktu dia bilang temannya itu iri padanya. Dan berbagai macam alasan. Kalau dia sudah punya visi misi tentang hidupnya, mungkin saya masih bisa memaklumi ketidakhadirannya di bangku kuliah. Tapi ini tidak ada sama sekali gambaran tentang masa depannya sendiri.
Seharusnya saya sudah melihat tanda-tanda ketidakwajaran dari dirinya. Berulang kali saya ingin memutuskan hubungan ini. Apa yang bisa diharapkan dari hubungan dengan seseorang yang bahkan tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Kalau saya menikah, saya tidak berani menjadikannya imam keluarga kelak. Tapi entah kenapa lidah ini selalu kelu. Tak tega berkata putus.
Hingga suatu hari, saya beranikan diri berkata saya tidak bisa mendampinginya lagi, saya akan pergi darinya. Reaksinya bikin terenyuh, dia menangis dan minta saya tetap disampingnya, dengan sejuta janji bahwa dia akan berubah. Dia akan rajin kuliah, dia akan jadi orang sukses, dll. Saya tergerak.. memberikannya satu kesempatan lagi untuk berubah.
Tapi janji tinggallah janji, beberapa minggu setelah ikrarnya untuk berubah, dia menghilang. Tidak mengubungi saya sama sekali. Padahal beberapa hari lagi adalah acara wisudanya. Saya mencoba menghubunginya, namun gagal. Sms, telpon, dll..tidak berhasil. Hingga saya merasa cukup...saya menyerah. Terserah dia. Ini hidupnya. Saya tidak mau ikut campur.
Tepat di hari wisudanya, sang ibu menelpon saya sambil menangis
"Mbak..tau B dimana? dia tidak datang ke acara wisuda. Kost2annya kosong, motor dan komputernya sudah dititipkan ke temannya"
Whoootsss...saya terkejut bukan main.
Teganya dia berbuat begitu pada orangtuanya.
Kabur meninggalkan semua kehidupannya, seakan-akan semuanya tidak berarti lagi. Saya merasa dikhianati, dibohongi. Marah, sedih, kecewa, semua jadi satu. Saat itu saya benar-benar merasa bodooh sekali. Bisa terjebak dalam hubungan seperti itu. Saya merasa bodoh karena tidak bisa melepaskan diri lebih awal. Saya merasa bodoh karena memberikannya satu kesempatan untuk berubah.
Salah satu sahabat saya berkata
>
Iya..seharusnya saya bersyukur karena mengalami seperti ini saat saya hanya baru berstatus Pacar. Gak kebayang kalau hal ini saya alami, kala saya sudah menjadi istri.
Belakangan saya baru tahu, dia ditemukan beberapa bulan setelahnya di salah satu kota. Dia mendaftar gerakan Jihad. Ikut latihan perang. Berganti nama. Bahkan penampilannya pun berubah. Berjenggot lebat dan memakai baju koko yang panjangnya menyerupai gamis.
Woww...benar-benar merinding mendengarnya. Gak kebayang kalau saya masih sama dia.
Dan kata-kata teman saya memang benar, beberapa tahun setelahnya. Saya menemukan pria yang tepat. Pria yang saya jadikan imam keluarga kami :).
Bagaimana dengan si B?
entah lha.. saya tidak pernah kontak sama sekali dengannya sejak itu.
Disclaimer : Postingan ini panjaaang sekalii...dan agak membuka kisah kelam masa lalu sebenarnya >_<.
Layaknya jaman masa muda, pasti ada kisah kasih jaman muda #halah =P, dari beberapa pria yang mencoba mendekati. Entah kenapa, pilihan jatuh pada pria itu. Sebut saja B. Mungkin diantara yang lainnya, dia terlihat lebih serius. Secara saat itu, saya tidak ingin menjalin hubungan main-main.
Makin mengenalnya, saya baru tahu..dia punya masalah dengan keluarganya. Tak akur dengan bapaknya. Si bapak ini dulu pernah menentang cita-citanya yang ingin menjadi dokter, tak ada biaya katanya. Padahal dia lolos UMPTN kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri. Sayang memang. Dan saya kira karena itu dia terlihat agak dendam sama bapaknya.
Di kampus yang sekarang ini juga, kuliahnya jadi malas-malasan padahal tinggal semester akhir, tinggal menyelesaikan Tugas Akhirnya. Ibunya berulang kali minta tolong pada saya untuk mensupport dan mendorong anaknya agar mau menyelesaikan kuliahnya.
Pernah B bilang ada kuliah seharian, tapi di siang hari..salah satu temannya mengirimkan pesan singkat ke saya
"B kemana, ya? sudah beberapa hari ini koq gak datang kuliah?"
ketika saya menanyakan padanya, dia bilang dia kuliah..tapi si teman itu tidak melihatnya. Lain waktu dia bilang temannya itu iri padanya. Dan berbagai macam alasan. Kalau dia sudah punya visi misi tentang hidupnya, mungkin saya masih bisa memaklumi ketidakhadirannya di bangku kuliah. Tapi ini tidak ada sama sekali gambaran tentang masa depannya sendiri.
Seharusnya saya sudah melihat tanda-tanda ketidakwajaran dari dirinya. Berulang kali saya ingin memutuskan hubungan ini. Apa yang bisa diharapkan dari hubungan dengan seseorang yang bahkan tidak bisa mengatur dirinya sendiri. Kalau saya menikah, saya tidak berani menjadikannya imam keluarga kelak. Tapi entah kenapa lidah ini selalu kelu. Tak tega berkata putus.
Hingga suatu hari, saya beranikan diri berkata saya tidak bisa mendampinginya lagi, saya akan pergi darinya. Reaksinya bikin terenyuh, dia menangis dan minta saya tetap disampingnya, dengan sejuta janji bahwa dia akan berubah. Dia akan rajin kuliah, dia akan jadi orang sukses, dll. Saya tergerak.. memberikannya satu kesempatan lagi untuk berubah.
Tapi janji tinggallah janji, beberapa minggu setelah ikrarnya untuk berubah, dia menghilang. Tidak mengubungi saya sama sekali. Padahal beberapa hari lagi adalah acara wisudanya. Saya mencoba menghubunginya, namun gagal. Sms, telpon, dll..tidak berhasil. Hingga saya merasa cukup...saya menyerah. Terserah dia. Ini hidupnya. Saya tidak mau ikut campur.
Tepat di hari wisudanya, sang ibu menelpon saya sambil menangis
"Mbak..tau B dimana? dia tidak datang ke acara wisuda. Kost2annya kosong, motor dan komputernya sudah dititipkan ke temannya"
Whoootsss...saya terkejut bukan main.
Teganya dia berbuat begitu pada orangtuanya.
Kabur meninggalkan semua kehidupannya, seakan-akan semuanya tidak berarti lagi. Saya merasa dikhianati, dibohongi. Marah, sedih, kecewa, semua jadi satu. Saat itu saya benar-benar merasa bodooh sekali. Bisa terjebak dalam hubungan seperti itu. Saya merasa bodoh karena tidak bisa melepaskan diri lebih awal. Saya merasa bodoh karena memberikannya satu kesempatan untuk berubah.
Salah satu sahabat saya berkata
>
"Ul, jangan menangis untuk seseorang yang tidak pantas ditangisi. Yakin deh. Kalau hubungan kamu berakhir, itu tandanya ia pria yang salah. Dan itu tandanya pula, kamu selangkah lebih maju ke pria yang tepat"Kata-kata itu menyejukkan perasaan saya. Dan saya menjadi lebih tenang.
Iya..seharusnya saya bersyukur karena mengalami seperti ini saat saya hanya baru berstatus Pacar. Gak kebayang kalau hal ini saya alami, kala saya sudah menjadi istri.
Belakangan saya baru tahu, dia ditemukan beberapa bulan setelahnya di salah satu kota. Dia mendaftar gerakan Jihad. Ikut latihan perang. Berganti nama. Bahkan penampilannya pun berubah. Berjenggot lebat dan memakai baju koko yang panjangnya menyerupai gamis.
Woww...benar-benar merinding mendengarnya. Gak kebayang kalau saya masih sama dia.
Dan kata-kata teman saya memang benar, beberapa tahun setelahnya. Saya menemukan pria yang tepat. Pria yang saya jadikan imam keluarga kami :).
Bagaimana dengan si B?
entah lha.. saya tidak pernah kontak sama sekali dengannya sejak itu.
waaaa gile bener.. untung udah gak ama dia ya...
ReplyDeleteiya Man.. ngerii banget kan klo umpama masih sama dia.. >_<
DeleteMakasih ya mbak Uul, tulisanya sudah langsung terdaftar. terima kasih juga sudah memeriahkan GA perdanaku :)
ReplyDeleteSama-sama mbak.. semoga aku menaang. Huehheeh :D
Deleteapik mbak sik jihad mau.kalo emang udah g terkabar. doain aja, mgkn doski udah mati syahid dlm jihadnya.
ReplyDelete