Disclaimer :
Karena kisah ini memang panjang meski sudah saya mapatkan sana sini. Jadi kalau lagi gak mau baca yang panjang2.. monggo diskip ya ^^
Sepanjang yang saya ingat, hampir sebagian besar masa kecil saya menggunakan jilbab. Wajar sekali bila diingat kalau saya sekolah di sekolah berbasis agama dari SD hingga SMP yang mewajibkan siswi-nya mengenakan jilbab. Jadi seorang uul kecil selalu menggunakan jilbab ketika berangkat sekolah.
Diluar sekolah? Ya enggak :D. Meski setiap keluar rumah, kebanyakan saya selalu menggunakan celana panjang dan baju lengan panjang. Cuma jilbab yang terlepas dari kepala.
Hal itu berlangsung sampai saya masuk Sekolah Menengah Pertama. Kedua kakak saya sering sekali berisik bilang kalau saya tidak konsisten, dll. Tapi namanya masih belum ngeh juga, ya saya cuek aja. Ditambah ibu juga tidak menyuruh saya menggunakan jilbab. Belakangan saya tau alasan ibu karena ingin saya mengenakan jilbab dari hati, karena saya yang mau mengenakan..bukan dipaksa siapa-siapa.
Tapi karena gak tahan mendengar ceramah kedua kakak saya yang tiap hari masih saja berisik menyuruh saya konsisten. Jadi saat masuk Sekolah Menengah Atas saya memutuskan.....
Melepas Jilbab!. *tutup muka
Iya saya mikirnya,
"wong aku juga pake jilbab'e masih gak nggenah..cuma pas sekolah doang. Isin ah. Mending mesisan dicoplok ae."
Parahnya..karena saya pernah pindah SMA, di SMA yang pertama saya masih pake jilbab... di SMA kedua saya sempat tidak pakai jilbab. Jadi ada masa-masanya saya masuk SMA tidak mengenakan jilbab.
Nah, masa-masa tidak berjilbab saat SMA pun tidak bertahan lama, cuma 1-2minggu kalau tidak salah sebelum saya kembali mengenakan jilbab sebagai seragam sekolah.
Kenapa coba? cuma karena saya kedinginan dong pas pake rok pendek. *self toyor.
Alesan yang gak mutu sekali ya. Jadi karena saya sudah terbiasa mengenakan jilbab dan baju panjang, pas pake seragam pendek jadi kedinginan. -____-"
Dan lagi-lagi jilbab hanya sebatas sebagai seragam sekolah, belum menjadi penutup aurat sehari-hari.
Masa SMA saya lalui seperti biasa saja, kalau keluar dengan teman sekolah, saya mengenakan jilbab, bila keluar dengan teman lain tidak mengenakan jilbab. Begitu terus. Beberapa teman sekolah saya saat itu juga ada yang seperti saya, hanya mengenakan jilbab sebagai seragam sekolah..padahal diluar sekolah mereka tidak mengenakan jilbab. Meski kalau diluar sekolah, pakaiannya 'berani'. Wajar sih, karena alasan pakai jilbabnya juga karena takut hitam.
Sepanjang tahun itu kedua kakak saya terutama kakak kedua saya tidak henti dan capeknya mengingatkan wajibnya seorang perempuan menutup auratnya. Malah pernah ia tiba-tiba berhenti diatas flyover atas stasiun dekat rumah saat menjemput saya dari sekolah.
omongannya. Meski ada beberapa juga yang nyantol dan menjadi renungan.
Tak terasa saya lulus sekolah dan masuk kuliah. Saya sudah bertekad pada diri sendiri..
saya akan melepas jilbab!
Iyaa...lagi-lagi saya memutuskan melepas jilbab sekali lagi. Karena tidak ada lagi seragam sekolah dan saya mikir kalau di bangku kuliah ini tandanya kita sudah dewasa, sudah tidak boleh lagi setengah2 melakukan sesuatu.Plus...kalau kuliah kan boleh pake celana panjang dan baju bebas =P.
Tapi kali ini saya melepas jilbab dengan doa panjang kepada Allah SWT
"Koq gak shalat?" trus jawabnya "Belum ada panggilan hati".
Saya juga membaca beberapa artikel yang masih saya ingat sampai sekarang, intinya bila kita punya sesuatu yang berharga (atau merasa itu berharga) pasti dijaga baik-baik kan. Gak mungkin diklelerin kemana-mana *apa sih bahasa indonesinya. Disimpen di tempat yang terlindungi, dibawa dengan hati-hati, dirawat dengan telaten.
Nah, masa sama benda berharga aja segitunya tapi sama diri sendiri gak sih. Padahal kan itungannya.. diri kita jauuuuh lebiih berharga daripada semua harta benda yang ada. Iya kan? Istilahnya, harta bisa dicari lagi, tapi kalau diri sendiri.. mau dicari dimana lagi coba?
Dan jawaban-jawaban kakak juga membuat saya merenung
"Gak mau ah, aku shalatnya kan masih bolong2.. belum bener. Kalo pake jilbab dikirain udah alim banget lagi"
"Lha klo gak pake jilbab, dosanya double kamu. Shalat gak bener, aurat juga gak ditutupin. Kalo pake jilbab, setidaknya ntar bakal malu sendiri pake jilbab koq shalatnya masih bolong.. ntar akan nyesuain koq"
"Itu masih banyak cewek yang gake jilbab"
"ya urusan mereka lha. Masa klo ada yang orang berbuat salah dan kamu tau itu salah kamu mo niru?"
"Ahhh..gak mauu aku kaaak...belum siaaap"
begitu teruus.
Meski sudah membaca sekian banyak artikel, diceramahin siang malam sama kedua kakak saya. Saya masih maju mundur memutuskan berjilbab (untuk yang kesekian kali), hingga muncul peristiwa itu
Ayah saya yang dikabarkan pulang dari kota tempatnya bekerja untuk berlebaran bersama tidak kunjung datang. Dihubungi tidak bisa, ditanya ke saudara-saudara maupun rekan kerjanya katanya sudah dalam
perjalanan. Tapi hingga beberapa hari dari jadwal kedatangan, ayah tidak juga sampai.
Ibu sempat putus asa, mengira terjadi sesuatu pada ayah. Beberapa hari itu tak putus-putusnya kami berdoa meminta keselamatan ayah. Saya sempat mengucap disalah satu doa saya
"Ya Allah..bila ayah kembali ke keluarga kami dengan selamat, saya akan berjilbab ya Allah. Kali ini dengan lebih serius. Maka jaga lha keselamatan ayah. Bawa ia kembali keluarga kami"
Alhamdulillah Allah memang teramat Baik dan Sabar. Dia menjawab doa keluarga kami, esoknya ayah datang. Ternyata saat itu tasnya dijambret orang. Handphone dan tiket juga ikut terambil. Untungnya ayah masih menyimpan uang simpanan yang dipisah dari tasnya. Namun tetap butuh beberapa hari untuk dapat tiket mudik Jakarta - Surabaya di peak season. Hingga harus menginap di stasiun. Tidak bisa menghubungi saudara2nya yang di Jakarta, karena ayah tidak hapal nomernya.
Kami bersyukur ayah masih kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Dan saya pun menunaikan hajat saya.
Di hari pertama saya keluar kamar mengenakan jilbab. Ibu dan ayah langsung memeluk dan mencium kening saya
"Alhamdulillah..gak dilepas lagi kan ya?"
Saya nyengir dan berucap
"InsyaAllah gak"
Kedua kakak saya tampak kaget, namun lalu berkomentar dengan jahilnya
"Kayak ibu-ibu kamu pake jilbab"
-_____-"
Saya bersyukur saya termasuk 'dimudahkan' dalam memutuskan berjilbab. Saya hanya perlu 'berperang' dengan diri sendiri. Sementara banyak sekali perempuan lain yang ditentang keluarga bahkan dilarang pemerintah tempat tinggalnya untuk berjilbab. Tapi saya tidak, malah saya tiap hari diingatkan lewat kedua kakak saya untuk segera menutup aurat.
Kini, kurang lebih sudah hampir 9 tahun saya berjilbab. Belum kaffah memang, masih banyaaak sekali yang harus saya perbaiki. Tapi insyaAllah pelan-pelan saya berusaha menjadi seorang muslimah yang baik. Yang bisa jadi role model buat Khanza kelak. Amiin.
Kalian sendiri, bagaimana cerita berhijabmu? ;)
Karena kisah ini memang panjang meski sudah saya mapatkan sana sini. Jadi kalau lagi gak mau baca yang panjang2.. monggo diskip ya ^^
Sepanjang yang saya ingat, hampir sebagian besar masa kecil saya menggunakan jilbab. Wajar sekali bila diingat kalau saya sekolah di sekolah berbasis agama dari SD hingga SMP yang mewajibkan siswi-nya mengenakan jilbab. Jadi seorang uul kecil selalu menggunakan jilbab ketika berangkat sekolah.
Diluar sekolah? Ya enggak :D. Meski setiap keluar rumah, kebanyakan saya selalu menggunakan celana panjang dan baju lengan panjang. Cuma jilbab yang terlepas dari kepala.
Hal itu berlangsung sampai saya masuk Sekolah Menengah Pertama. Kedua kakak saya sering sekali berisik bilang kalau saya tidak konsisten, dll. Tapi namanya masih belum ngeh juga, ya saya cuek aja. Ditambah ibu juga tidak menyuruh saya menggunakan jilbab. Belakangan saya tau alasan ibu karena ingin saya mengenakan jilbab dari hati, karena saya yang mau mengenakan..bukan dipaksa siapa-siapa.
Tapi karena gak tahan mendengar ceramah kedua kakak saya yang tiap hari masih saja berisik menyuruh saya konsisten. Jadi saat masuk Sekolah Menengah Atas saya memutuskan.....
Melepas Jilbab!. *tutup muka
Iya saya mikirnya,
"wong aku juga pake jilbab'e masih gak nggenah..cuma pas sekolah doang. Isin ah. Mending mesisan dicoplok ae."
Parahnya..karena saya pernah pindah SMA, di SMA yang pertama saya masih pake jilbab... di SMA kedua saya sempat tidak pakai jilbab. Jadi ada masa-masanya saya masuk SMA tidak mengenakan jilbab.
Nah, masa-masa tidak berjilbab saat SMA pun tidak bertahan lama, cuma 1-2minggu kalau tidak salah sebelum saya kembali mengenakan jilbab sebagai seragam sekolah.
Kenapa coba? cuma karena saya kedinginan dong pas pake rok pendek. *self toyor.
Alesan yang gak mutu sekali ya. Jadi karena saya sudah terbiasa mengenakan jilbab dan baju panjang, pas pake seragam pendek jadi kedinginan. -____-"
Dan lagi-lagi jilbab hanya sebatas sebagai seragam sekolah, belum menjadi penutup aurat sehari-hari.
Masa SMA saya lalui seperti biasa saja, kalau keluar dengan teman sekolah, saya mengenakan jilbab, bila keluar dengan teman lain tidak mengenakan jilbab. Begitu terus. Beberapa teman sekolah saya saat itu juga ada yang seperti saya, hanya mengenakan jilbab sebagai seragam sekolah..padahal diluar sekolah mereka tidak mengenakan jilbab. Meski kalau diluar sekolah, pakaiannya 'berani'. Wajar sih, karena alasan pakai jilbabnya juga karena takut hitam.
Sepanjang tahun itu kedua kakak saya terutama kakak kedua saya tidak henti dan capeknya mengingatkan wajibnya seorang perempuan menutup auratnya. Malah pernah ia tiba-tiba berhenti diatas flyover atas stasiun dekat rumah saat menjemput saya dari sekolah.
"Kamu itu konsisten dong kalau pake jilbab. Jangan lepas pake lepas pake. Dosa itu!. Hayo..pake sekarang atau tak turunin disini, pulang jalan kaki aja"ebusedd..kakaaak..ngingetin sih ngingetin..caranya bikin saya yang masih remaja malah jadi emosi dan memberontak. Apalagi dulu saya dan kakak masih suka sering bertengkar jadi saya tidak mendengarkan
omongannya. Meski ada beberapa juga yang nyantol dan menjadi renungan.
Tak terasa saya lulus sekolah dan masuk kuliah. Saya sudah bertekad pada diri sendiri..
saya akan melepas jilbab!
Iyaa...lagi-lagi saya memutuskan melepas jilbab sekali lagi. Karena tidak ada lagi seragam sekolah dan saya mikir kalau di bangku kuliah ini tandanya kita sudah dewasa, sudah tidak boleh lagi setengah2 melakukan sesuatu.
Tapi kali ini saya melepas jilbab dengan doa panjang kepada Allah SWT
"Ya Allah..ampuni hamba karena melepas jilbab hamba kali ini. Dan beri hamba waktu untuk memantapkan hati dan nanti ijinkan lha hamba untuk mengenakan jilbab lagi dengan hati yang mantap, bukan hanya sekedar pakaian luar saja. Bantu hamba ya Allah".Dan lagi-lagi awal masa kuliah saya tidak mengenakan jilbab. Hingga beberapa kali saya ikut kajian kampus, baca-baca artikel Islami tentang wajibnya seorang perempuan muslim berhijab. Wajibnya sama seperti shalat 5 waktu. Masa iya ada orang muslim yang ditanya
"Koq gak shalat?" trus jawabnya "Belum ada panggilan hati".
Saya juga membaca beberapa artikel yang masih saya ingat sampai sekarang, intinya bila kita punya sesuatu yang berharga (atau merasa itu berharga) pasti dijaga baik-baik kan. Gak mungkin diklelerin kemana-mana *apa sih bahasa indonesinya. Disimpen di tempat yang terlindungi, dibawa dengan hati-hati, dirawat dengan telaten.
Nah, masa sama benda berharga aja segitunya tapi sama diri sendiri gak sih. Padahal kan itungannya.. diri kita jauuuuh lebiih berharga daripada semua harta benda yang ada. Iya kan? Istilahnya, harta bisa dicari lagi, tapi kalau diri sendiri.. mau dicari dimana lagi coba?
Dan jawaban-jawaban kakak juga membuat saya merenung
"Gak mau ah, aku shalatnya kan masih bolong2.. belum bener. Kalo pake jilbab dikirain udah alim banget lagi"
"Lha klo gak pake jilbab, dosanya double kamu. Shalat gak bener, aurat juga gak ditutupin. Kalo pake jilbab, setidaknya ntar bakal malu sendiri pake jilbab koq shalatnya masih bolong.. ntar akan nyesuain koq"
"Itu masih banyak cewek yang gake jilbab"
"ya urusan mereka lha. Masa klo ada yang orang berbuat salah dan kamu tau itu salah kamu mo niru?"
"Ahhh..gak mauu aku kaaak...belum siaaap"
begitu teruus.
Meski sudah membaca sekian banyak artikel, diceramahin siang malam sama kedua kakak saya. Saya masih maju mundur memutuskan berjilbab (untuk yang kesekian kali), hingga muncul peristiwa itu
Ayah saya yang dikabarkan pulang dari kota tempatnya bekerja untuk berlebaran bersama tidak kunjung datang. Dihubungi tidak bisa, ditanya ke saudara-saudara maupun rekan kerjanya katanya sudah dalam
perjalanan. Tapi hingga beberapa hari dari jadwal kedatangan, ayah tidak juga sampai.
Ibu sempat putus asa, mengira terjadi sesuatu pada ayah. Beberapa hari itu tak putus-putusnya kami berdoa meminta keselamatan ayah. Saya sempat mengucap disalah satu doa saya
"Ya Allah..bila ayah kembali ke keluarga kami dengan selamat, saya akan berjilbab ya Allah. Kali ini dengan lebih serius. Maka jaga lha keselamatan ayah. Bawa ia kembali keluarga kami"
Alhamdulillah Allah memang teramat Baik dan Sabar. Dia menjawab doa keluarga kami, esoknya ayah datang. Ternyata saat itu tasnya dijambret orang. Handphone dan tiket juga ikut terambil. Untungnya ayah masih menyimpan uang simpanan yang dipisah dari tasnya. Namun tetap butuh beberapa hari untuk dapat tiket mudik Jakarta - Surabaya di peak season. Hingga harus menginap di stasiun. Tidak bisa menghubungi saudara2nya yang di Jakarta, karena ayah tidak hapal nomernya.
Kami bersyukur ayah masih kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Dan saya pun menunaikan hajat saya.
Di hari pertama saya keluar kamar mengenakan jilbab. Ibu dan ayah langsung memeluk dan mencium kening saya
"Alhamdulillah..gak dilepas lagi kan ya?"
Saya nyengir dan berucap
"InsyaAllah gak"
Kedua kakak saya tampak kaget, namun lalu berkomentar dengan jahilnya
"Kayak ibu-ibu kamu pake jilbab"
-_____-"
Saya bersyukur saya termasuk 'dimudahkan' dalam memutuskan berjilbab. Saya hanya perlu 'berperang' dengan diri sendiri. Sementara banyak sekali perempuan lain yang ditentang keluarga bahkan dilarang pemerintah tempat tinggalnya untuk berjilbab. Tapi saya tidak, malah saya tiap hari diingatkan lewat kedua kakak saya untuk segera menutup aurat.
Kini, kurang lebih sudah hampir 9 tahun saya berjilbab. Belum kaffah memang, masih banyaaak sekali yang harus saya perbaiki. Tapi insyaAllah pelan-pelan saya berusaha menjadi seorang muslimah yang baik. Yang bisa jadi role model buat Khanza kelak. Amiin.
Kalian sendiri, bagaimana cerita berhijabmu? ;)
baca postingan ini jadi teringat dulu awal2 pakai jilbab, pas hari pertama ke kampus teman2 Rohis ngajakin ke mesjid dan aku di dandanin pakai jilbab yg bener karena jilbabku mencang mencong ga karuan, trus pada rame2 kasih hadiah, baju muslim, jilbab, bros, peniti dll, sampai pengen nangis klo inget kejadian itu.....
ReplyDeleteIya mbaak.. salah satu pemicu juga lingkungan kampus yang penuuh dengan mbak mbak Rohis yang subhanallah baiiik bangeet :)
Deletecerita berjilbabku, dari diatas dada, turun nutup dada, naik lagi, turun lagi....dari bahan kain, ampe spandex, balik kain, lalu bahan kaos, lalu spandex lagi.
ReplyDelete10 taon ini ya gitu2 lah ceritaku, hahaha. dan sekarang mau balik berspandex lagi karena praktis.... TINGGAL LHEPPPP.....
*kayak iklan sosis*
Hihihih...klo naik turun iya mem aku banget itu. Tapi klo dari kain, semua jilbab dari bahan kain apa ae tak Lheeep ae, tergantung situasi dan kondisi =P.
Deleteselamat mba uul....kirim imel ke aku ya...ditunggu
ReplyDeleteKyaaaa ^^ Makasiiih jyeeng Linda.
Delete