September, 2009.
Mata itu menatapku lembut, seakan tak rela melepasku pergi. Ahh..ibu..andai aku bisa tetap menemanimu..pikirku perih. Tinggal beberapa bulan lagi. Dan aku akan kembali ke negeri ini lagi, kembali ke kota kita, dan kembali ke pelukanmu, tidak hanya ketika libur hari Raya tiba..tapi seterusnya. "Aku pergi dulu bu.." pamitku sambil mencium tangan perempuan berhargaku. Ia mengusap lembut kepalaku. "Hati-hati ya sayang...jaga kesehatan..shalatnya jangan sampai lupa" Aku mengangguk. "Aku sayang ibu" ucapku sambil tersenyum. Ia membalas senyumku dan mengecup keningku "Iya. Ibu juga sayaaang banget sama anak ibu yang paling cantik ini". Aku nyengir...dan melangkahkan kakiku pergi..
24 Mei 2010
Berita itu tiba ketika aku baru saja selesai mengambil air wudhu di sepertiga malam.
"Ibu masuk rumah sakit mbak. Ginjalnya semakin parah". ujar adikku di ujung sana.
Kakiku langsung lemas. Seakan semua energi dalam tubuhku lenyap tak tersisa. Ya Rabb...
Malam itu aku meminta... tidak..aku memohon, meratap dan menundukkan diriku sepenuhnya pada Pemilik semua alam semesta. Pada DIA yang Maha Kuasa. Meminta waktu lebih bagi perempuan hebatku agar diberi kesempatan melawan penyakitnya. Meminta waktu lebih agar aku bisa bersamanya. Agar aku bisa membahagiakannya dan menunjukkan padanya betapa aku menyayanginya. Agar aku bisa menunduk di kakinya dan meminta maaf serta ampunannya karena belum bisa menjadi anak yang berbakti.
7 Juni 2010
Sudah 2 minggu perempuan terhebatku dirawat di rumah sakit...hari ini ia ditempakan di ICU. Dan selama itu pula tak seharipun terlewat olehku tuk mendoakan kesembuhannya. Meminta kesempatan lebih banyak untuk bersamanya. Merasa yakin dan pasti..doa yang kuucap meski dari negeri yang berbeda pasti akan membantunya.
"Ya Rabb...setidaknya ijinkan lha aku melihatnya sekali lagi" Pikirku sambil melihat nanar tiket pesawat sesuai jadwal kepulanganku 2 minggu lagi.
10 Juni 2010
Aku mengusap airmata yang tak henti-hentinya mengalir. Merasakan sesak didada yang entah dengan cara menghilangkannya. Ia telah pergi. Iya..perempuan terhebatku itu telah pergi. Siang ini, ia akan dimakamkan. Dan aku masih disini. Di negeri Sakura ini, hanya bisa berdoa untuknya. Mensholati jenazahnya dari seberang lautan. Mengingat saat terakhir melihatnya di bandara ketika itu.
Ya Rabb...apa lagi yang bisa kukatakan. Itu sudah kehendak-Mu. Aku hanya lha hamba-Mu yang tak berdaya. Tak mampu melawan kehendakmu. Hanya ku pinta pada-Mu...ampuni lha dosa ibuku. Tempatkan ia di tempat terbaik disisiMu, Rabb.
Kelak mungkin...aku akan bisa tersenyum mengingat perempuan hebatku. Tapi kini...biarkan airmata ini tetap mengalir. Meski tak bisa mengobati sedih dan perih karena kehilangan perempuan terhebatku. Tapi biarkan lha iya mengalir..
Cikarang, 11 Juni 2010
*teruntuk salah satu sahabat di negeri Sakura yang baru saja kehilangan ibunda tercinta. be strong sista..
*hug*
gambar diambil dari sini
Bertubi-tubi
1 month ago
hmm terharu nih..
ReplyDeleteinsyaAllah ibumu akan selalu bangga dengan anaknya ini, amin..
@cyberwhite
ReplyDelete:) ini cerita tentang ibu salah satu temanku. Iya semoga orang tua kita selalu bangga pada anak2nya ya :).
terima kasih